STORY KAPTEN MUSLIHAT

STORY KAPTEN MUSLIHAT

  • Humas NFBS Bogor
  • 24 January 2024
STORY KAPTEN MUSLIHAT

Patung baru kapten TB Muslihat di Bogor/Foto: Putra Ramdhani

Banyak orang mengenal nama Kapten Muslihat melalui sebuah nama jalan yang terkenal di Bogor yang berada di depan alun-alun Kota Bogor. Nama jalan itu memang diambil dari nama seorang pahlawan yang berjuang mempertahankan kemerdekaan Indonesia. Di balik nama jalan itu, ternyata tersimpan kisah yang penuh haru dari kenangan masa lalu.

Tubagus Muslihat lahir di Pandeglang, 26 Oktober 1926. Nama Tubagus didapatnya dari sang ayah, yang membuktikan bahwa Kapten Muslihat memiliki darah bangsawan Kesultanan Banten. 

Pada tahun 1942, Tubagus Muslihat bekerja di Balai Penelitian Kehutanan di Gunung Batu, Jawa Barat. Setelah tidak bekerja lagi di jawatan kehutanan, dia berpindah kerja menjadi juru rawat di Rumah Sakit Kedung Halang, Bogor. Tetapi karena tidak betah, dia keluar dan kembali bekerja di jawatan kehutanan. Karirnya di dunia militer dimulai ketika masa pendudukan Jepang. Dia terdaftar sebagai tentara PETA dan menjabat sebagai Shodancho(komandan). Setelah Jepang mengalami kekalahan pada Perang Dunia II, seluruh tentara PETA dipulangkan. Kemudian Tubagus Muslihat ikut menjadi bagian dari Tentara Keamanan Rakyat(TKR)

Pada tahun 1944, dia menikah dengan seorang gadis asal Bogor bernama Kartinah. Belum saja umur pernikahannya genap satu tahun, panggilan untuk mempertahankan kemerdekaan datang. Belanda dan NICA kembali dengan membonceng pasukan sekutu. Tubagus Muslihat yang saat itu telah menjabat sebagai Komandan Kompi IV Batalion II Tentara Keamanan Rakyat, turut mengangkat senjata demi merebut kembali Kota Bogor dari cengkraman sekutu. 

Berbagai perlawanan dilakukan di beberapa titik di Jawa Barat. Saat itu, pasukan yang dipimpin Kapten Muslihat tengah melakukan penyerangan ke markas sekutu yang kini menjadi POLRESTA Bogor Kota. Baku tembak terjadi dengan sengit. Pekikkan merdeka terdengar bersahut-sahutan. 

Kapten Muslihat yang saat itu tengah berlindung dari hujanan peluru sekutu, memutuskan untuk keluar dari persembunyiannya. Dia melakukan penyerangan terbuka dengan penuh keberanian ke arah sekutu. Menurut Ma’mun Permadi, veteran kemerdekaan yang ikut berjuang bersama Kapten Muslihat, saat itu Kapten Muslihat dengan berani menyerang dari arah depan. 

Kapten Muslihat berhasil menembaki beberapa pasukan sekutu dalam aksinya itu. Tetapi tanpa disangka, ternyata pasukan sekutu sudah mengincar dan menunggu Kapten Muslihat dari tempat yang berbeda. Saat itu, sebuah peluru melesat dengan cepat, dan menembus dengan kuat bagian perut Kapten Muslihat. 

Tetapi Kapten Muslihat belum mencapai ajalnya, dia tetap menembaki pasukan sekutu dalam keadaan yang parah. Kemudian satu peluru lagi menembus pinggangnya. Barulah setelah peluru kedua, Kapten Muslihat terjatuh dan gugur dalam medan perang. Darah mengalir keluar, mengubah pakaian putihnya menjadi merah darah. Tempat di mana patung dirinya dibangun untuk menghormati jasa kepahlawanannya, menjadi saksi keteguhan hatinya dalam membela kemerdekaan bangsa dan negara. 

Kapten Muslihat meninggal pada tanggal 25 Desember 1945. Dia pergi meninggalkan istrinya yang sedang mengandung anak pertamanya. Dia pergi meninggalkan duka yang mendalam bagi yang ditinggalkannya. Kepada istrinya, Kartinah, dia berpesan agar harta yang dimilikinya diberikan kepada yang tidak mampu. Jika anak yang kelak akan dilahirkannya adalah bayi laki-laki, maka berilah nama Tubagus Merdeka, pesan Kapten Muslihat yang diceritakan oleh Ma’mun Permadi.

Penulis: Imadudin (Santri SMA)

SUMBER: